Ketika Bunga Bermekaran Part 3 Closed - Cerpen Klasik

Lihat KBB bagian 1 , dan cerpen KBB bagian 2  sebelumnya

Ketika Bunga Bermekaran Part 3 Closed - Pernikahan

Akhirnya, hari pernikahan Reza & Lili pun tiba. Mereka tak lupa mengundang Zahra.
Insya Allah aku datang, bila Allah masih memberiku umur panjang.” Ujar Zahra saat Lili memberikan undangan padanya.
Saya terima nikahnya Lili Putri Permadi binti Indra Permadi dengan mas kawin............” terdengar suara Reza menggema saat mengucapkan ijab kabul.

Semua orang menangis haru saat para saksi mengucapkan sah. Apalagi Lili, bukan karena ia telah menjadi istri Reza melainkan teringat sosok Zahra yang belum muncul di hari pernikahannya. Setelah akad nikah, acara resepsi pun dimulai. Pengantin duduk di singgasana sehari mereka. Terlihat Lili yang selalu menatap pintu seolah mnunggu seseorang. Pastinya, ia menunggu Zahra. Kenapa Zahra belum datang? Apa dia marah padaku? Desis Lili. Reza yang melihat kegelisahan Lili berusah menghibur.

Aku yakin Zahra pasti datang. Dia bukan tipe pendendam, kamu tahu itu juga kan?” hibur Reza.
Seminggu tlah berlalu. Pengantin baru itu merasa bahagia walaupun masih ada sesuatu hal yang mengganjal. Zahra tidak datang di acara pernikahan mereka. Lili seolah tak percaya sahabatnya tidak datang, padahal mereka mengharapkan Zahra datang agar mereka yakin Zahra tidak marah pada mereka. Lili pun merencanakan untuk pergi kke Bandung untuk menjenguk Zahra. Jangan-jangan Zahra sakit? Pikir Lili. Reza pun menyetujui rencana itu.

Keesokan harinya mereka pergi ke kios Zahra. Sesampainya di sana mereka melihat kios Zahra buka. Tapi mereka kaget  karena yang menjaga kios itu bukan Zahra, melainkan orang lain yang tak dikenal.
Maaf, Zahranya kemana ya?” tanya Lili pada orang yang menjaga kios itu.
Zahra? Maksud anda pemilik kios ini sebelumnya?” tanya balik orang itu.
Iya.” Ujar Lili.
Maaf, saya tidak tahu. Yang saya tahu Pak Diki yang menjual kios ini pada saya. Jadi saya tidak kenal dengan yang namanya Zahra yang Mbak ini maksud.” Jelas orang itu.
Pak Diki?” tanya Lili.
Iya, Pak Diki yang tinggal di seberang itu.” Kata pemilik kios Zahra yang baru.
Terimakasih Mas.” Kata Lili dan Reza.
Mereka pun bergegas pergi ke rumahnya Pak Diki. Ternyata Pak Diki itu pamannya Zahra yang dulu tinggal di Surabaya. Pak Diki mengatakan bahwa Zahra menjual rumah dan kiosnya pada beliau. Saat Lili bertanya Zahra berada dimana, Pak Diki hanya diam.
Pak, dimana Zahra? Saat kami menikah kemarin dia tidak datang. Kami hanya ingin silaturahmi padanya.” Tanya Lili pada Pak Diki.
saya tidak bisa bilang ia kemana, Nak. Tapi dia menitipkan sesuatu pada bapak. Mungkin semua itu bisa menjawab pertanyaan kalian. Kalian Reza dan Lili bukan?” tanya Pak Diki seolah menyembunyikan sesuatu.
“Iya betul Pak.” Jawab Reza.
Pak Diki pun beranjak dari kursi mengambil sesuatu yang dimaksudnya itu.
Ini Nak Lili dan Nk Reza. Zahra menitipkan ini pada saya sebelum dia pergi.” Terlihat mata Pak Diki berbinar seakan mau menangis. Beliau memberikan sepucuk surat pada Reza dan Lili.



Assalamu’alaikum sahabat-sahabatku...
Mungkin saat kalian membaca surat ini aku tidak ada diantara kalian lagi. Sebelumnya, aku mengucapkan selamat atas penikahan kalian, maaf aku tidak bisa datang. Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah. Amin! Aku tahu kalau kalian akan mencariku lagi karena aku tak datang saat pernikahan kalian, ingin sekali aku datang tapi semua itu takkan bisa terwujud. Aku sengaja menjual rumah dan kiosku pada Om Diki karena aku ingin kalian tahu sekarang aku berada dimana. Aku bilang pada beliau untuk tidak mengatakan aku ada dimana, tapi aku ingin kalian akan tahu sendiri setelah kalian membaca surat ini. Saat Lili datang dulu aku sangat senang sekali karena serasa bertemu saudariku. Apalagi dia mengantar undangan pernikahannya. Aku pun kaget setelah tahu Reza yang akan menikah dengan Lili, karena aku sungguh merindukan sosok Reza, seorang cahaya hidupku di masa lalu yang masih tersimpan di hatiku. Jujur, aku tak pernah mengganti Reza dengan siapapun. Mungkin aku terlanjur sayang padanya, karena dia orang yang pertama mengisi hatiku. Perasaanku padanya akn tetap sama sampai hari ini. Aku sangat mengharapkan bisa memiliki hidup yang bahagia dengan Reza karena aku tahu Reza orang yang baik. Meskipun dia pernah punya masa lalu yang kelam tapi aku yakin kalau dia bisa memperbaiki semuanya. Tapi, Lili yang akan mewujudkan impianku itu. Pertahankan rumah tangga kalian sampai ajal memisahkan kalian. Aku tidak marah pada kalian, bukan maksudku tidak datang saat pernikahan kalian, tapi apa daya kanker darah yang aku derita semakin parah sehingga aku harus menjalani perawatan di rumah sakit. Aku telah bersiap berangkat ke pernikahan kalian, namun aku terjatuh saat keluar dari rumah. Aku tak tahu apa yang terjadi saat aku sadar aku sudah berda di ruangan yang serba putih yang kuyakini rumah sakit. Setelah sadar, aku menulis surat ini karena aku tahu umurku takkan lama lagi. Saat kalian membaca surat ini mungkin aku sudah tenang disini. Ketahuilah aku selalu berdo’a untuk kalian karena kalian pernah mengisi hari-hariku. Lili dan Reza lihatlah rumah baruku yang indah, disana aku telah tidur tenang untuk selamanya. Oh iya uang hasil penjualan rumah dan kios untuk membuat panti asuhan. Aku ingin kalian yang mengelola panti tersebut. Semoga panti itu bermanfaat bagi yang membutuhkan. Hadiah pernikahan kalian pun telah aku persiapkan, semuanya ada di kamarku. Semoga Allah melindungi kalian dimanapun berada, kapanpun. Sampaikan salamku pada keluargaku yang lain. Karena aku belum sempat mengatakan aku sayang kalian pada mereka. Do’akan aku disini agar mendapat cahaya di rumahku yang baru. Amin!"
With love,

Zahra
Reza dan Lili tak sanggup membendung tangisnya. Mereka telah menyadari bahwa Zahra sudah tak bisa mereka temui lagi selama-lamanya. Mereka pun bergegas ke kamar Zahra. Disana terlihat hadiah yang telah dipersiapkan Zahra. Sebuah lukisan kios bunga yang ia lukis sendiri. Dibawah lukisan tersebut ada tulisan teruntuk Lili dan Reza tersayang. Mereka pun melihat rumah baru Zahra yang berada tepat di belakang rumahnya yang lama. Di atasnya terdapat tulisan

ZAHRA AZRIANI
BINTI
DERIAWAN
LAHIR:14 FEBRUARI 1984
WAFAT:12 JANUARI 2009

Tepat 1 hari setelah pernikahan mereka.

******

Keinginan Zahra membuat panti telah dilakukan Reza dan Lili. Untuk mengenang sahabat mereka, panti tersebut dinamakan panti asuhan “CINTA ZAHRA”. Mereka  membangun panti tersebut karena rasa cintanya pada Zahra. Hampir 1 tahun lamanya Zahra meninggalkan Lili dan Reza, akan tetapi sosok Zahra terasa dekat di hati mereka.

Ketika bunga bermekaran, kerinduan itu muncul. Terlihat senyum Zahra yang begitu menyenangkan hati terutama Reza dan Lili. Kios bunga Zahra kemudian dibeli oleh Lili untuk mengenang sahabat sekaligus saudara baginya. Karena bagi Zahra bunga itu indah dan setiap orang di dunia menyukai keindahan. Begitupun dengan Tuhan yang maha esa sangat mencintai keindahan.

Closed...
Post Title : Ketika Bunga Bermekaran Part 3 Closed - Cerpen Klasik

Ketika Bunga Bermekaran Part 3 Closed - Cerpen Klasik,

Ketika Bunga Bermekaran Part 3 Closed - Cerpen Klasik